JUMLAH PENGUNJUNG SAAT INI

Selasa, 17 Januari 2012

Beda Clearance Liner-Piston Untuk Harian dan Balap

 
Sebenarnya, sobat juga bisa bedakan clearance antara piston dengan liner. Terutama, demi kebutuhan harian dan balap. Biasanya buat mesin balap, gap atawa jarak antara piston dengan liner dibuat sedikit lebih renggang. Jadi, tinggal panaskan sedikit lalu langsung geber!

Itu karena ketika dipakai, suhu mesin di pacuan balap tentu melebihi suhu mesin yang tercipta dari pacuan harian. Maka, pemuaian yang terjadi di piston juga sedikit lebih besar.

Malah, terkadang ada tunner yang membedakan clearance berdasar pendinginan engine. Ya! Jika bantuan pendinginan lebih maksimal, maka clearance yang diusung sedikit lebih kecil. Misal jika sebelumnya main di angka 0,04mm, maka dibuat jadi 0,03mm.

Tapi, kalau untuk keperluan harian, tidak perlu clearance sebesar itu. Biasanya, pakai jarak 0,01mm atau 10 mikron saja sudah cukup mumpuni kok. Sip deh!

Ring Piston Bisa Direkondisi


   Ditarik bisa, jangan tanya ketahanan
Kalau sudah lemah, ring piston tidak mengembang penuh. Alhasil, kompresi nggak maksimal lantaran ring tidak bisa menahan tekanan ruang bakar. Dalam kondisi ini tidak dipungkiri, mekanik atau orang awam coba-coba akali ring yang sudah lemah. Caranya dengan menarik kedua ujung ring ke arah luar agar dapat mengembang kembali.

Yang jadi masalah apa cara ini dibenarkan? Sebab kalau dipikir, mengembangkan ring secara manual ada benarnya. Logika awam, ring piston lemah dan menciut mungkin bisa dikembangkan dengan cara ditarik keluar. "Cuma, apakah struktur materialnya masih bisa tahan. Apalagi ring piston sering berhubungan dengan panas,” ujar Susanto, kepala instruktur sekolah Institute Mekanik Motor Indonesia (IMMI) Jogja.

Saran Susanto, agar performa kembali seperti semula, mending ring piston lemah diganti dengan baru. Sebab selain struktur material dan durabilitynya masih kuat, kondisi ring standar dipercaya dapat menopang kompresi di ruang bakar. Sebaliknya bila direkondisi. Meskipun bisa seperti semula, namun belum tentu daya tahannya terjamin. Yang ada, enggak lama lagi mesin minta dibongkar ulang untuk ganti ring piston.

Terlalu besar di tarik bisa bikin liner baret atau cepat terkikis
Risiko besar kalau nekat atau sengaja merenggangkan ring piston sudah lemah. “Kalau terlalu besar tarikannya, dikhawatirkan bagian luar lingkar ring akan membuat baret atau cepat mengikis dinding liner,”

Jadi, cara yang paling aman, ya ganti ring piston kalau memang sudah lemah.   (motorplus-online.com)

Perawatan Rem, Kotor Bikin Cilaka


Buang kotoran dan lumpur yang menumpuk
Saat ini bisa dikatakan hampir seluruh wilayah Indonesia sudah memasuki musim hujan. Artinya jalanan sering basah dan menimbulkan kotoran seperti lumpur. Membuat biker harus lebih sering bersih-bersih motor.

Kegiatan bersih-bersih ini bukan hanya untuk gaya-gayaan atau fashion. Tapi,  bisa juga untuk menghindari cilaka. Kok bisa?

Iya, ternyata beberapa part di motor jika dibiarkan akan menjadi endapan kotoran dan merusak kerja komponen. Salah satunya pada wilayah per dan setelan kabel rem belakang. Khususnya pada motor yang masih menggunakan rem teromol.

"Sebab jika ada kotoran yang menumpuk lama akan menggangu kerja mekanisnya. Setelah tuas rem ditekan dan kemudian dilepas, rem tetap  mengunci," kata Feriandi, mantan mekanik Kymco yang kini melayani servis untuk semua tipe motor matic.

Masalah  ini sudah ditemuinya pada Suzuki Spin yang roda belakangnya tiba-tiba mengunci dan tidak bisa diputar sama sekali. "Bahkan saat didirikan dengan standar tengah dan ban belakang diputar pakai tangan, tetap mengunci. Tidak berputar," lanjutnya.

Setelah diperiksa ternyata tidak ada yang salah dengan kabel rem. Kabelnya normal, alias tidak putus. Kemudian Fery menemukan titik masalah sebenarnya, rem tidak bisa balik karena tertahan lumpur yang telah membeku dan keras.

"Karena itu bagian ini harus sering dibersihkan supaya kotoran itu tidak lama menempel," tambahnya. Membersihkannya  bisa juga dilakukan sendiri dengan menggunakan sikat.

Ingat, fatal akibatnya kalau dalam perjalanan rem tiba-tiba ngunci seperti itu! Itu akibat kotor.   (motorplus-online.com)

emotions smile

smile :-) :) :] =)
frown :-( :( :[ =(
gasp :-O :O :-o :o
grin :-D :D =D
tongue :-P :P :-p :p =P
wink ;-) ;)
curly lips :3
kiss :-* :*
grumpy >:( >:-(
glasses 8-) 8) B-) B)
sunglasses 8-| 8| B-| B|
upset >:O >:-O >:o >:-o
confused o.O O.o
shark (^^^)
pacman :v
squint -_-
angel O:) O:-)
devil 3:) 3:-)
unsure :/ :-/ :\ :-\
cry :'(
buat seru-seruan yang seneng On Line 

Ganti Oli? Pastikan Volume Oli Pas


Sekarang, motor-motor yang diproduksi pabrikan mulai banyak model. Selain tipe sport dan bebek, varian skubek yang diluncurkan pun mulai beragam bentuknya.

Bahkan ada pabrikan meluncurkan skubek dengan konstruksi mesin simpel. Sehingga takaran atau kapasitas oli di dalam crankcase hanya sedikit. Contohnya Suzuki nex yang butuh oli cuma 650 ml atau lebih kecil dari bebek atau skubek lainnya.

Seperti diketahui, takaran oli di bak mesin umumnya 1 liter untuk motor sport 100 sampai 150 cc. Jika lebih dari itu biasanya butuh lebih dari seliter, seperti Yamaha Scorpio 1.300 ml atau Suzuki Thunder 250 harus 1.200 ml dalam kondisi pasca ganti oli. Sedang di motor bebek yang rata-rata kapasitas silindernnya tak lebih dari 130 cc, oli yang dibutuhkan sekitar 800 cc.

Nah, karena adanya perbedaan konstruki mesin baik tipe sport, bebek atau skubek, ada baiknya pemilik tunggangan lebih care saat akan mengganti oli.

Maksudnya biar enggak kurang atau kelebihan yang bisa mempengaruhi performa motor. Makanya sebelum ganti oli biasakan lihat tulisan angka yang tertera di bagian bak mesin sebelah kanan.

Mau tahu efeknya, dulu tim redaksi pernah melakukan pengetesan terhadap mesin yang sengaja diisi oli lebih banyak dari standar. Hasilnya, power drop!  (motorplus-online.com) 

Spion Kaca Cembung

 
Kaca spion biasanya nempel di kiri dan kanan setang. Tapi, kalau mau pasang kaca spion tambahan, bisa meniru yang dilakukan Agus Widjcak dari Widjack Modifzigner di Tangerang, Banten.

Caranya menambahkan spion kaca cembung di tengah motor. “Kalau Ninja 250R di depan, tepatnya pada visor tengah,” jelas Widjcak yang pakai variasi mobil.

Meski kaca cembung di tengah visor, namun pandangan ke belakang tidak terhalang badan pengendara. “Pandangan di belakang tetap masih jelas dilihat,” tutup Widjcak. (motorplus-online.com)

Gejala Aki Tekor Di Yamaha Xeon Antara Kompresi Dan Stasioner


Tak mau stater karena aki tekor
Sembari menunggu pelat nomor kendaraan keluar, Haris Sutrisno memakai Yamaha Xeon buat sekedar keliling komplek. “Tapi, selang dua minggu, motor sulit dihidupkan lewat elektrik starter,” ungkap Haris yang bermukim di Bandengan, Jakarta Barat.

Haris pun punya inisiatif sendiri mengganti aki lama dengan versi baru. Tapi, hanya berselang sekitar dua bulan kemudian, problem yang sama timbul kembali. Starter ngadat dan sulit hidup. “Coba cek aki lewat klakson, tapi kok bunyi kencang. Artinya, aki seperti enggak ada masalah,” jelasnya.

Karena tak ingin direpotkan, akhirnya Haris membawa Xeon ke bengkel resmi yang juga dealer tempat membelinya. “Yang saya tahu, ada penggantian magnet dan kiprok,” ungkap pria yang juga berwirausaha itu.

Setelah penggantian, sebulan kemudian timbul lagi. Komplain, tetap dilakukan. Hingga akhirnya motor dibawa lagi ke bengkel resmi. “Ini kali motor diinapkan lebih lama. Makan waktu sekitar dua mingguan. Tapi, setelah perbaikan terakhir, gejala itu tidak timbul lagi sampai sekarang. Sayangnya, pihak bengkel tidak memberitahu apa saja perbaikan yang dilakukan,” tambahnya.

Rupanya, gejala seperti ini tidak hanya dialami Haris. Ada juga beberapa pemilik Yamaha Xeon generasi awal yang alami kasus serupa. Toh, setidaknya ini seperti keluhan konsumen. Maka itu, MOTOR Plus coba mencari jawabannya.

Menurut M. Abidin, sebenarnya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. “Bisa dilihat juga dari jarak pakai dan ada tidaknya pemanasan. Jadi, tergantung perilaku juga,” ujar pria yang menjabat Manager Technical Service Division PT Yamaha Motor Kencana Indonesia (YMKI).

Artinya, kemungkinan aki tekor bisa terjadi jika proses pengisian tidak berjalan sempurna. Misalnya, motor hanya dipakai dengan jarak di bawah 15 km. Atau, ketika tidak dipakai berjalan, tapi tidak adanya pemanasan. “Xeon memiliki kompresi lebih tinggi. Maka, untuk menghidupkan mesin lewat elektrik starter juga cukup berat,” ungkap Abidin yang ramah.

Selain itu, perlu diperhatikan juga soal stasioner rpm mesin ketika langsam. Saran Abidin, jangan membiarkan rpm mesin dibawah 1.400 rpm. Itu karena pengisian aki di Xeon akan kembali terisi ketika mesin berkitir di atas rpm itu. “Pemanasan cukup 5 menit saja. Jadi, charging dan discharging tercukupi,” katanya lagi.

Tapi ada juga omongan muncul kalau gejala di Xeon ini karena auto cuke. Cuk otomatis terus bekerja meski mesin sudah panas. “Otomatis cuke tidak ada pengaruh. Arusnya kecil kok,” bantah Abidin.

Menurutnya jangan lepas otomatis cuke. Nantinya, campuran akan terlalu kaya. “Usahakan pakai kick starter ketika mesin dingin. Setelah itu baru pakai elektrik starter. Kalau memang ada keluhan, datang ke jaringan resmi Yamaha. Kalau menang masih ada garansi, nanti akan diganti part baru,” ungkap Abidin tanpa menyebutkan part apa yang diganti.  (motorplus-online.com)

Balancer Kruk As, Bobot Sesuai Trek


Untuk Jupiter-Z dari bahan dural bagus untuk torsi
Percuma! Mesin sudah kencang tapi tidak mengatur ulang balancer atau bandul di kruk as. Power yang dihasilkan tidak bisa dimanfaatkan secara maksimal untuk memutar roda.    

Balancer di motor 4-tak berfungsi sebagai pelontar atau bahasa kerennya torsi. Di bebek standar, balancer sekaligus sebagai rumah kopling sentrifugal. “Beratnya 1,4 sampai 1,5 kg,” jelas Nanang Gunawan dari MCC Motorsport yang sudah timbang sentrifugal semua motor bebek.

Kalau di mobil, balancer sama seperti fly wheel. Mekanik lokal biasa menyebut roda gendeng atau roda gila. Apapun istilahnya, yang penting mekaniknya tidak gila. Setuju..!

Kalau di motor bebek balap, sentrifugal yang disebut sebagai fly wheel bobotnya harus diatur ulang. Di motor standar memang sangat berat antara 1,4 sampai 1,6 kg. Karena motor harian dipakai untuk menanjak dan kadang juga menemukan trek yang sangat panjang.

Di motor balap, seperti di pacuan Asep ‘Kancil’ Maulana dari Yamaha SND KYT FDR yang juara MP1 dan MP2. Di MotoPrix Seri IX lalu di sirkuit Subang, menggunakan balancer 300 gram. Memang sangat enteng karena Asep punya bobot yang ringan. Juga dipengaruhi waktu tutup klep isap yang mencapai 65º setelah TMB atau Titik Mati Bawah.

Karena menutup terlambat dan kompresi hanya bermain di angka 13-an, balancer harus dibuat ringan. Termasuk menggunakan magnet YZ supaya enteng.

Di motor Asep, balancer enteng untuk mengimbangi kompresi rendah. Supaya putaran mesin enteng dan mudah berakselerasi. Juga karena sirkuit Subang yang semua treknya pendek.

Jadi, bobot balancer ada hubungan yang saling berkaitan antara seting mesin, bobot joki dan rasio yang digunakan. Juga termasuk trek sirkuit yang dilalui.


 Buat Supra X 125 (besar) dan Blade (kecil)
Makin enteng, akan dibutuhkan bobot balancer yang ringan. Bagitu juga kalau trek lurusnya sangat panjang, butuh balancer yang berat. Agar top-speed bisa maksimal dibantu lontaran balancer itu.  

 Itu yang membuat Koh Nanang memproduksi balancer dalam beberapa pilihan berat. Misalnya untuk Yamaha Jupiter-Z, mantan pembalap era 1970-an itu juga bikin bandul yang bobotnya 350 gram, 400 gram dan 550 gram. Dikasih harga Rp 850 ribu.

Beda lagi kalau untuk Supra X 125 (Karisma) atau Blade. Tersedia bobot 300 gram dan 1,1 kg. Bedanya sangat timpang. Ini perlu diperhatikan. Bobot 1,1 kg ini biasanya dipakai untuk drag bike sampai 200cc. Kapasitas mesin juga berpengaruh terhadap bobot balancer. Namun kalau stroke up atau naik stroke, balancer bisa pasanga yang lebih ringan.

Koh Nanang juga membuat balancer dari bahan dural atau aluminium. Pemilhan bahan itu dimaksudkan supaya diameter lebih lebar karena aluminium ringan. Dengan begitu, diameter bandul jadi lebih besar, bagus untuk mengejar torsi.  (motorplus-online.com)

Ganti Magnet? Jangan Lupa Sesuaikan Jarak Pulser!


Jarak dari ujung belakang tonjolan sampai pusat pulser 15 derajat
Untuk
keperluan balap, banyak yang aplikasi magnet dari motor lain. Misalnya di road race yang umumnya banyak menggunakan magnet spesial engine atau SE Yamaha YZ.

Namun setelah pasang magnet, masalahnya tidak langsung beres. Harus diikuti dengan pemasangan pulser yang benar pula. Tentunya agar menghasilkan performa dan kerja mesin yang normal.

Menurut Tomy Huang dari Bintang Racing Team (BRT), ada dua yang diperhatikan. Pertama, posisi pulser dari tonjolan di magnet (pick up pulser). Tonjolan atau untuk sensor ini sangat menentukan.

Ketika posisi piston sedang TMA (Titik Mati Atas), posisi ujung belakang tonjolan di magnet berada 15 derajat dari pulser. Artinya jika pulser dipasang di atas magnet atau pas di tengah, posisi tonjolan magnet ada di depan atau sebelah kiri.

Posisi 15 derajat ini tergantung dari diameter magnet yang dipakai. Kalau diameter sebesar punya YZ, angka yang optimal 15 derajat. Kalau yang dipakai punya Jupiter standar, bisa 30 derajat. Dari perbandingan diameter Jupiter standar memiliki diameter 114mm dan magnet YZ 57mm.

Jarak optimal 0,7-1mm
Angka 15º juga adalah patokan derajat yang enak dipakai langsam. “Untuk mesin 4-tak, paling optimal 15º itu,” sebut Tomy lagi.

Satu lagi yang mesti diperhatikan yaitu jarak dari pulser sampai tonjolan. Menurut Tomy, Supaya maksimal 0,7 sampai 1mm.  (motorplus-online.com)

Koso Fuel Injection Control Kit Untuk Yamaha V-Ixion, Venturi Lebih Besar


Dijual 2 juta per set
Bingung atasi kebutuhan bahan bakar di Yamaha V-ixion bore up? Ini ada jawabannya. Cukup aplikasi fuel injection control kit bermerek Koso ini aja agar kebutuhan di ruang bakar terpenuhi. “Part ini memang diperuntukan khusus bagi Yamaha V-ixion. Dijual Rp 2 juta untuk satu set,” ujar Christian dari Variasi 53 di Jl. Cikawao No. 53, Bandung, Jawa Barat.

Satu set part itu; throttle body, piggyback, manifold dan karet filter udara. Sipnya lagi, venturi throttle body yang diaplikasi Koso juga lebih besar. Yaitu, 32,5 mm. Jadi, memang siap dan cocok diperuntukan bagi V-ixion yang bore up atau sudah upgrade performance part.

Cara pasang juga tidak sulit. Sebab bisa sobat kerjakan sendiri asal kunci-kunci lengkap. Karena tinggal buka throttle body lama lalu ganti dengan baru. Filter udara pun tetap bisa pakai part standar. Kan sudah sediakan karet buat ke boks filter. “Penyesuaian lainnya, hanya perlu sambungkan kabel-kabel,” yakin pria 31 tahun itu.


Setel campuran udara dan bahan bakar, tinggal putar
Dari piggyback Koso sendiri, terdiri dari empat kabel. Merah dan hitam dihubungkan ke positif dan negatif (kunci kontak). Lalu, kabel berwarna kuning dan putih ke ECU. Caranya, potong kabel berwarna pink-putih di soket ECU V-ixion. Lalu, sambungkan satu kabel itu ke kabel kuning dan satu kabel lainnya ke kabel putih (map sensor).

Lainnya yang jadi kelebihan Koso, karena dilengkapi piggyback. Jadi enggak perlu ganti ECU. Buat memanipulasi data dan penuhi kebutuhan bahan bakar juga udara, cukup setel lewat piggiback aja. “Ada 11 step yang bisa dimainkan lewat cara menggeser posisi switch,” bebernya.

Saran Christian, bagusnya lagi jika diukur melalui AFR (Air Fuel Ratio). “Baiknya AFR itu sendiri main di angka 14,7 : 1,”  sebut pria yang bisa diajak konsultasi di nomor (022) 423-9361. Pasang? (motorplus-online.com)

Lampu Nyala Siang Malam, Pantat Bohlam Meleleh


Lampu nyala terus ngefek panjang, Meleleh dan bolong karena material enggak tahan? 
Ada kasus yang didapat bengkel Yong’s Motor (YM), Bandung. Yongi Setiady, pemilik dan mekanik, menemukan bohlam meleleh di tiga bebek merek berbeda yang usianya 2-3 tahun. Bagian yang meleleh di fitting atau dudukan yang adanya di pantat bohlam.

Cek and recek dari Om Yong, panggilan akrab Yongi Setiady, pemilik motor yang pantat bohlamnya meleleh selalu patuh menyalakan lampu di siang hari. Sesuai aturan lalu lintas baru.

“Jarak tempuhnya sehari lebih dari 50 km. Bagian yang meleleh kemungkinan besar karena material enggak tahan,” ulas Om Yong yang bengkelnya mangkal di Jl. Lengkong Kecil No. 44, Bandung.

Pastinya voltage tinggi sewaktu lampu nyala ketika rpm mesin tinggi. Material fitting dan pantat bohlam enggak tahan menerima suhu tinggi dengan jangka waktu lama pasti meleleh.

“Berbeda dengan bohlam di motor yang tahunnya 2000 ke bawah. Sudah pakai material ebonit. Juga sudah tahan panas tinggi,” urai Om Yong yang siap ditelepon di nomor (022) 4207580.

Om Yong melanjutkan tiga bebek berbeda merek yang mengalami pantat bohlam meleleh enggak berhenti di situ. Tapi, hitungannya lebih dari lima motor mengalami masalah yang sama.

“Sampai saat ini belum mendapat laporan atas masalah itu. Lagipula kami yakin material yang ada di bohlam sudah sesuai standar kebutuhan pengguna motor di Indonesia, termasuk lampu yang dipakai siang hari,” ujar Nasrowi, Technical Supervisor Yamaha Motor Kencana Indonesia (YMKI), Jakarta.

Produsen motor menanggapi kasus yang ditemukan bengkel YM. “Seandainya karena materialnya, pasti banyak menerima laporan kasus yang sama,” yakin Reiner Sitorus, Technical Service Manager PT Kawasaki Motor Indonesia (KMI).

“Banyak faktor penyebabnya. Bisa jadi karena ada masalah di komponen lain,” timpal Wedijanto Widarso, Technical Service Division dari PT Astra Honda Motor (AHM).

Kata Reiner lagi, juga harus dilacak kondisi kabel yang bisa juga jadi pemicu. “Atau bisa juga karena soket dari kabel ke bohlam sudah banyak yang kendur. Timbul percikan arus listrik keluar,” balas Wedijanto yang berkantor di Tipar Cakung, Jakarta Utara. (motorplus-online.com)

tune-up 4tak

bukunya mbah grahambell

harga suspensi matic 2011 desember

Suzuki Spin
Sil sok : Rp 20.000
Per sok : Rp 20.000
Tabung sok : Rp 260.000
As sok : Rp 120.000
Minyak sok : Rp 10.000
Pipa suling : Rp 25.000
Sok belakang : Rp 175.000
Sok depan : Rp 310.000

Suzuki Skydrive
Sil sok : Rp 20.000
Per sok : Rp 25.000
Tabung sok : Rp 300.000
As sok : Rp 130.000
Minyak sok : Rp 10.000
Pipa suling : Rp 25.000
Sok belakang : Rp 210.000
Sok depan : Rp 330.000

Suzuki Skywave
Sil sok : Rp 20.000
Per sok : Rp 25.000
Tabung sok : Rp 380.000
As sok : Rp 210.000
Minyak sok : Rp 10.000
Pipa suling : Rp 35.000
Sok belakang : Rp 350.000
Sok depan : Rp 330.000

Suzuki Hayate
Sil sok : Rp 20.000
Per sok : Rp 30.000
Tabung sok : Rp 340.000
As sok : Rp 210.000
Minyak sok : Rp 10.000
Pipa suling : Rp 35.000
Sok belakang : Rp 190.000
Sok depan : Rp 350.000

Honda Beat
Sil sok : Rp 29.000
Per sok : Rp 15.000
Tabung sok : Rp 125.000
As sok : Rp 102.000
Minyak sok : Rp 20.000
Pipa suling : Rp 28.000
Sok belakang : Rp 180.000
Sok depan : Rp 257.000

Honda Vario
Sil sok : Rp 29.000
Per sok : Rp 16.000
Tabung sok : Rp 127.000
As sok : Rp 105.000
Minyak sok : Rp 20.000
Pipa suling : Rp 28.000
Sok belakang : Rp 180.000
Sok depan : Rp 257.000

Honda Scoopy
Sil sok : Rp 29.000
Per sok : Rp 16.000
Tabung sok : Rp 128.000
As sok : Rp 105.000
Minyak sok : Rp 20.000
Pipa suling : Rp 28.000
Sok belakang : Rp 185.000
Sok depan : Rp 260.000

Honda Spacy Helm-In
Sil sok : Rp 29.000
Per sok : Rp 16.000
Tabung sok : Rp 128.000
As sok : Rp 105.000
Minyak sok : Rp 20.000
Pipa suling : Rp 28.000
Sok belakang : Rp 185.000
Sok depan : Rp 260.000

Yamaha Mio Soul
Sil sok : Rp 15.000
Per sok : Rp 11.000
Tabung sok : Rp 122.000
As sok : Rp 88.000
Minyak sok : Rp 20.000
Pipa suling : Rp 50.000
Sok belakang : Rp 151.000
Sok depan (full set) : Rp 707.000

Yamaha Xeon
Sil sok : Rp 15.000
Per sok : Rp 13.000
Tabung sok : Rp 122.000
As sok : Rp 99.000
Minyak sok : Rp 20.000
Pipa suling : Rp 28.000
Sok belakang : Rp 176.000
Sok depan (full set) : Rp 800.000

harga ban per 2011

MICHELIN
70/90-14   M295Rp 234.000
80/90-14   M295Rp 252.000
80/80-14   M295     Rp 246.000
90/80-14   M295     Rp 270.000
110/80-14   M45     Rp 358.000

CORSA
70/90-14   S-01     Rp 116.000
80/90-14   S-01     Rp 134.000
70/90-14   SS-09T     Rp 116.000
80/90-14   SS-09T     Rp 134.000

70/90-14 Tubeless  SS09T     Rp 145.000
80/90-14 Tubeless  SS09T     Rp 160.000
70/90-14 Tubeless  S-01     Rp 145.000
80/90-14 Tubeless  S-01     Rp 180.000
80/80-14 Tubeless  S-33     Rp 163.000
90/80-14 Tubeless  S-33     Rp 196.000
100/80-14 Tubeless  S-33     Rp 239.000
110/80-14 Tubeless  S-33     Rp 265.000

SWALLOW
27S-114   S-207     Rp 118.000
300-14    S-207     Rp 148.000
60/90-14   SB-115     Rp 95.000
70/90-14   S-222, SB-115, SC-102A  Rp 105.000
80/90-14   S-222, SB-115, SC-102A   Rp 127.000
90/80-14   SB-115     Rp 152.000
90/90-14   S-222, SC-102A    Rp 152.000
100/80-14   SC-102A    Rp 185.000
Tubeless
70/90-14   S-222, SB-115, SC 102A  Rp 135.000
80/80-14   SB-108     Rp 157.000
80/90-14   S-222, SB-115, SC-102A    Rp 157.000
90/80-14   SB-108, SB-115    Rp 188.000
90/90-14   S-222, SC-102A    Rp 188.000
100/70-14   SB-108, 112, 115   Rp 235.000
100/80-14   SB-102A    Rp 235.000
110/70-14   SB 112, 115    Rp 265.000
110/80-14   SB-108, SC-102    Rp 265.000

FDR
70/90-14   Flemmo    Rp 108.500
80/90-14   Flemmo    Rp 127.500
90/90-14   Flemmo    Rp 164.000
80/80-14   Genzi     Rp 141.500
90/80-14   Genzi     Rp 170.000
100/80-14   Genzi     Rp 210.000
 Tubeless
80/80-14   Sport XRevo    Rp 170.000
90/80-14   Sport XRevo    Rp 204.000
100/80-14   Sport XRevo    Rp 250.000
110/80-14   SportXRevo    Rp 275.000
120/70-14   SpportXRevo    Rp 303.500

COMET
70/90-14   M1     Rp 220.000
80/90-14   M1     Rp 272.000
90/90-14   M1     Rp 324.500
100/70-14   M1     Rp 364.000
110/70-14   M1     Rp 378.000
120/70-14   M1     Rp 387.500

ROSSI
70/90-14   Tubeless   Rp 135.000
80/90-14   Tubeless    Rp 150.000

DUNLOP
70/90-14   TT901     Rp 104.000
90/90-14   TT-901     Rp 139.000
80/90-14   TT-901     Rp 126.000

IRC
70/90-14   NF 69   Rp 95.000
80/90-14   NR 76    Rp 108.000
80/90-14   S8 830    Rp 129.000
90/90-14   SS 530    Rp 154.000
90/80-14   NR 76A    Rp 144.000
100/80-14   SB 560    Rp 165.000
120/80-14   SB 560    Rp 255.000

Arti Ragam Kode di Dinding Ban

Pabrikan ban Michelin yang kini serius main di pasar Indonesia, bukan cuma jualan. “Tapi, juga memberikan edukasi kepada para pengguna ban,” jelas Ferry Laksana, Marketing Manager  PT Michelindo Mitra Abadi, importir dan distributor tunggal ban Michelin untuk Indonesia.

Menurut Ferry, terdapat beberapa poin penting yang langsung bisa dilihat di ban Michelin. Juga bisa dimengerti orang awam yang bisa dijadikan pelajaran. Beberapa kode umumnya juga sama dengan ban merek lain. Apa aja tuh?
Tire Wear Indicator
Di setiap ban dilengkapi indikator maksimal pemakain ban. “Namanya tire wear indicator,” sebut Ferry. Masih menurut Ferry lagi, kalau ban lokal menggunakan tanda panah di dinding ban. Itu tidak bisa mewakili karena tidak langsung menyentuh aspal.

Berbeda dengan buatan Michelin. Tire wear indikator berupa tanda titik yang berada di kembangan ban. Menyentuh langsung ke aspal. Kalau tanda ini sudah terkikis, diharuskan ganti ban.

Tanggal Produksi
Kode kapan ban diproduksi sangat penting untuk pembeli. Karena semakin lama diam di toko, kompon ban akan mengeras dan berbahaya jika jalan licin. Khusus produksi Michelin terdapat di dinding ban dan diembos.

Misalnya seperti pada foto di atas. Terdapat kode 1911. Angka 1 menyatakan ban diproduksi pada minggu ke 1. Sedang kan 9 menyatakan bulan September dan 11 artinya tahun 2011.

Kode SNI
Meski ban Michelin masih diproduksi di luar negeri, tapi tetap harus lulus standar Indonesia. Yaitu SNI (Standar Nasional Indonesia). Posisi itu sudah langsung diembos pada dinding ban.

Jadi, sudah layak dipakai di Indonesia. “Jangan takut walau didesain di Perancis dan diproduksi di Thailand, tetap aman dipakai di Indonesia,” yakin Ferry yang ramah itu.

Beban Maksimal
Khusus di ban Michelin dilengkapi stiker kuning. Sebagai petunjuk ukuran serta beban maksmal ban. Misalnya di ban matic atau bebek. Tidak hanya tertulis kode 49P, tapi juga dilengkapi dengan penjabarannya.  

Arti 49P tertulis beban maksimal yang bisa ditanggung satu ban 185 kg. Kalau ban depan-belakang tinggal dikalikan 2. Jadinya 370 kg yang terdiri dari motor, rider, boncenger dan barang bawaan.

Speed Maksimum
Di stiker atau embos khusus pada ban Michelin juga terdapat kode kecepatan maksimal. Biasanya menyatu dengan kode beban maksimal. Misalnya kode 49P, bukan hanya beban maksimal 185 kg yang bisa ditanggung satu ban.

Kode 49P juga menyatakan kecepatan maksimal yang direkomendasi. Kecepatan maksimal 150 km/jam atau 93 MPH (Mile Per Hour). Kode ini, berbeda untuk tiap jenis motornya. Michelin bisa bikin untuk speed di atas 400 km/jam.
 

Arah Ban Dan Peruntukan
Di dinding ban Michelin juga terdapat tanda panah. Tanda panah menandakan arah ban ketika dipasang di motor. Harus mengarah ke depan. Di tanda panah juga tertulis Rear Wheel atau Front Wheel. Kalau Rear Wheel menyatakan untuk dipakai sebagai ban belakang. Sedangkan Front Wheel untuk ban depan.

Menurut Ferry, beberapa ban Michelin juga terdapat ban yang compatible. Artinya satu ban bisa dipakai untuk ban depan atau belakang. Sehingga lebih fleksibel.

Titik Kuning
Setiap ban dilengkapi tanda titik dengan cat atau pewarna lainnya. Fungsinya sebagai tanda posisi pentil. “Supaya tetap balance setelah digunakan,” jelas Pak Ferry yang berdomisi di Srabaya itu.

Khusus untuk ban Michelin, tanda titik warnanya kuning. Ketika pemasangan ban di pelek, usahakan posisinya lurus dengan pentil.

Posisi itu berdasarkan hasil balancing dari pabrikan. Meski dipengaruhi kondisi pelek, tapi dianggap paling mendekati.

Tubeless
Artinya ban ini termasuk ban tubeless. Namun dalam pemakaiannya boleh juga menggunakan ban dalam. Itu bagi yang masih menggunakan pelek jari-jari.

Menurut Pak Ferry, ban Michelin meskipun tubeless tapi memiliki bobot yang lebih ringan. Sehingga beban mesin lebih ringan, tidak bikin boros bahan bakar. Jadinya enggak bikin polutan tinggi. Sesuai semangat ramah lingkungan dan cinta bumi yang didengungkan para aktifis pecinta lingkungan hidup.

Perancins & Thailand
Di ban Michelin tertulis Designed In France. Menandakan bahwa ban Michelin didesain di Perancis. Makanya kembangan ban Michelin walaupun simpel tapi mengandung seni yang tinggi. Melibatkan seniman Eropa, bro.

Selain itu terdapat juga terdapat tulisan Made in Thailand.  Menandakan bahwa ban Michelin untuk pasar Indonesia, diproduksi di Thailand. “Meski begitu, pihak Michelin tetap melakukan riset di Indonesia,” elak Ferry.

E2 & DOT
Kode E2, berarti tidak hanya berlaku untuk motor yang harus memenuhi standar EURO 2. Di ban juga harus diproduksi dengan mutu yang memenuhi standar E2. Makanya di ban sekelas Michelin harus mencantumkan kode ini.

Termasuk kode DOT yang merupakan standar dari Department of Transportation dari Amerika. Sudah lulus uji kelayakan pakai. Dari segi keselamatan dalam pemakainya karena didukung konstruksi ban yang sudah melalui tes. (motorplus-online.com)

Subtitusi Kampas Rem Supra X125 Buat Satria F 150, Gak Ada Bedanya!


Bentuk, ukuran dan bahan sama
Ternyata kampas rem belakang Supra X125 model cakram sama dengan punya Suzuki Satria F 150. Seperti pengalaman Rio Purnomo, warga Joglo, Jakarta Barat. Dia pasang punya Supra X125 di bebek Hyperunderbone itu.

Rio punya alasan kuat, ketika melacak komponen bebek Suzuki itu susah ditemui. Kebetulan ada bengkel yang menawari punya bebek Honda 125 cc. “Secara bentuk sama kok. Karena kepala babi atau atau kaliper bentuknya sama. Apalagi sama-sama satu piston dan satu merek,” jelas Hasan, mekanik Hasan Motor dari Jl. Kelapa Dua Raya No. 7, Jakarta Barat itu.

Selain bentuknya sama, material kampas rem belakang Satria dan Supra X125 sama kok. “Kualitasnya, bisa dicoba, sama-sama kuat,” jelas Hasan yang dulunya mekanik bengkel resmi Suzuki itu.

Tapi, walau bahan sama namun berbeda harga. Kalau punya Satria lebih mahal. Buat Satria Rp 60 ribu. Sedang punya Supra X125 hanya Rp 37 ribu. Bisa jadi lebih murah karena memang beda pabrikan.

Untuk pemasangan ulang, Hasan memberikan contoh di motor Fadil. Sebelum dibongkar, siapkan perkakas yang diperlukan. “Seperti kunci L 5, obeng min dan kunci ring 12,” ungkap Hasan yang spesialis Suzuki Satria F sejak dulu itu.

Pertama, lepaskan baut 12 pegangan knalpot pakai kunci ring. Lalu, buka baut L 5 pengancing kampas di kaliper. “Congkel kampas pakai obeng min agar mudah dilepas,” ucap mekanik yang suka balap ini.

Setelah itu, baru pasang yang baru deh. Jangan lupa pasang kembali baut-baut yang dilepas tadi yah. Siap Bro?  (motorplus-online.com)

Jangan Sembarang Ganti Spuyer di Motor 4-tak!


Banyak yang latah, motor 4-tak kerap disamakan dengan 2-tak. Seperti motor standar banyak yang gonta-ganti spuyer. Misalnya diganti lebih besar supaya tenaganya melonjak.

Padahal, motor 4-tak sudah dilengkapi klep. Suplai gas bakar diatur oleh klep isap dan buang. Jadinya ukuran spuyer cenderung konstan.

Kalau motor standar ganti spuyer dengan ukuran lebih besar, malah kerap ngedrop tenaganya. Karena suplai bensin lebih banyak daripada udara.

Akibat bensin yang terlalu kaya, jadinya tidak terbakar semua. Ledakan yang dihasilkan pembakaran malah lebih kecil. Otomatis tenaga mesin pun tidak besar.

Repotnya lagi, tidak hanya boros bensin, akibat pemakaian spuyer yang terlalu besar bisa menghasilkan kerak. Ruang bakar jadi kotor dan harus cepat servis besar.

Termasuk motor standar yang hanya ganti knalpot racing. Spuyernya belum tentu harus ganti. Cara mengeceknya harus perhatikan kepala busi hasil pembakaran.

Jika warnanyanya masih merah bata apalagi ada kerak hitam, tidak perlu ganti spuyer dulu. Kecuali jika warna elektroda busi putih. Petanda spuyer harus naik. (motorplus-online.com)

Ganti Knalpot Matik? Pilih Yang Perut Besar Pembuangan Kecil

Knalpot Racing, lebih rajin bongkar mesin
Standar
knalpot matik, perutnya besar dan ujung pembuangannya kecil. Desain begitu,  turbulensinya kuat. Tarikan matik sejak awal lebih enteng. Kompresi di ruang bakar, dibantu tekanan balik knalpot ini. Mudah memancing di air keruh. Maksudnya, reaksi tenaga awal lebih mantap, Bro! Umur komponen  panjang.

Sengaja pabrik mendasainnya begitu. Tak perlu teriak seperti kesetanan alias rpm tinggi, untuk menggerakkan CVT. “Seperti model meniup kuat-kuat. Pipi jadi tembem, tapi tiupannya lebih tajam. Arus baliknya pasti besar,” bilang Sutrisno alias Uwok, pengrajin knalpot dari Bandung, Jawa Barat.

Jika ingin knalpot racing harian, beli knalpot yang modelnya tidak jauh dari  standar. Cari, knalpot racing yang prinsip modelnya sama. Tenaga akan melambung, tapi tanpa menghilangkan reaksi tenaga awal. Mudah dihandling.

Jika terlalu free flow alias dari perut knalpot sampai ujung lubang nyaris sama besar, jelas punya kerugian. Butuh meraung-raung dulu alias rpm besar, skubek baru bergerak. Tadinya 1.000 rpm telah jalan, kini dia atas itu. Berarti, jam hidup komponen lebih singkat. Beda kalau di balap, knalpot seperti itu yang dibutuhkan. Ngoooong..., seperti menggonggong.

Cara kerja knalpot racing yang bagus, akan memberikan daya balik ke ruang bakar. “Tabungnya berfungsi mengolah udara buang sekitar 30-40 persen,” bilang Sjafri Gani, maker knalpot racing R9.

Ya, iyalah. Pembuangan seperti ditahan. Tidak langsung dilepas. Pusaran di perutnya yang buncit itu, akan kembali berputar ke ruang bakar membantu piston turun-naik. Makanya, “Cari knalpot yang mirip desain standar,” tambah Uwok yang mengaku terus menyempurnakan kanalpot mirip satandar, tapi  bertenaga.

 Jangan lupa, sempurnakan lewat karburator setelah ganti knalpot (kiri). Pilih diameter pas sesuai kapasitas mesin (kanan).
Pilihan Diameter Pipa

Knalpot racing harian, bisa pertimbangkan diameter pipanya. Besar kecilnya pipa, harus sesuai kapasitas mesin. “Untuk matik kapasitas standar, bisa pilih ukuran pipa yang lebih kecil. Diameter dalam sekitar 22 milimeter. Sementara, diameter luar sekitar 1 inci,” kata Uwok.

Berbeda dengan pemakaian yang memang diproyeksikan untuk balap. Atau mesin yang sudah berkapasitas besar yang telah dikorter.

Model free flow yang pas untuknya berdiameter besar dan bertingkat. Maksudnya dari leher, perut dan silincer bertingkat diameternya. Itu untuk balap. “Kalau harian kan lebih pada sebatas penampilan, tapi gak salah juga kalau tetap bertenaga,” tutup Uwok.  (motorplus-online.com)

Aki Kering atau Basah, Pilih Yang Mana?


MF tapi air aki tetap diisi sendiri
Untuk keperluan balap banyak yang memilih aki basah. Katanya lebih pasti alias tidak menipu. Soalnya aki kering kerap bermasalah. Ketika asyik balap tiba-tiba mati mendadak. Begitu dicek tahunya setrum abis, padahal baru saja dicharge atau disetrum ulang. 

Namun harus diluruskan dulu pemahaman aki kering dan aki basah. Aki kering atau MF (maintenance free) dimaksud biasanya aki dari pabriknya sudah terisi cairan berupa gel. Padahal aki ini juga sebenarnya basah juga. Kan di dalamnya ada cairan. Tapi, disebutnya aki kering.

Sedangkan aki basah, aki yang airnya dituang sendiri sehabis beli. Bisa aki basah yang transparan atau aki basah yang cairannya tidak terlihat. Pokoknya cairan aki dituang sendiri. 

Seperti yang dituturkan Ibnu Sambodo, mekanik Kawasaki Manual Tech. Kini dia menggunakan aki basah yang cairannya tertutup atau tidak bisa dilihat dari luar. Aki basah model ini juga disebut MF dan oleh orang Indonesia disebut aki kering he..he..he...

Bedanya aki basah MF ini, sehabis mengisi cairan langsung ditutup rapat. Anjurannya tidak bisa lagi diisi ulang, kecuali dipaksa. He..he..he.. apapun bisa kali ya kalau dipaksa.

MAsih menurut Ibnu yang beken dipanggl Pak De, aki MF yang dilengkapi cairan ketika kita membelinya, bisa dipercaya untuk balap. Dia sudah menggunakan sejak lama begitu model ini keluar.


Aki lama, dipercaya namun repot
Meski dilengkapi cairan, tapi bisa bertahan lama. Karena cairannya tidak  muncrat dan membuat karat di sasis. “Paling hanya menguap karena dilengkapi katup. Tidak bahaya dipakai balap,” jelas pria beken disebut begawan 4-tak ini.

Paling penting lagi, gunakan aki yang buatan Jepang. Seperti produksi Yuasa atau GS. Aki MF yang dilengkapi cairan ketika membeli biasanya buatan Yuasa. Kata para penjualnya supaya lebih fresh.   Kayak daging atau buah-buahan aja ya.

Model begini memang bebas dari risiko umur pakai. Pemakaian atau umur aki dihitung sejak dituangkannya cairan. Sehingga dapat dipastikan bebas dari risiko penyimpanan yang lama ketika di toko atau bengkel.  

Selain aki yang MF, di balap masih banyak yang mengandalkan aki basah biasa. Model aki begini kemasannya transparan, sehingga isi air aki bisa dilihat dari luar. Accu model begini disebut sebagai aki konvensional.  

Dianggap lebih pasti dan lebih bandel karena memang aki jadul. Namun risiko air aki muncra ketika motor terjatuh bisa terjadi. Berisiko cairan muncrat ke mana-mana dan bikin karat sasis.  (motorplus-online.com)

Sudut Antara Batang dan Payung Klep, Pilih Yang Landai


Kiri gak bagus, kanan oke
Untuk keperluan balap, banyak yang mengaplikasi klep lebar. Apalagi yang sudah main bore up besar-besaran. Mengimbanginya harus menggunakan klep yang sangat kebar. Seperti kepunyaan mobil.

Memakai klep mobil boleh saja. Tapi, perhatikan sudut antara batang klep dengan payung klep. “Biasanya klep punya mobil sudutnya sangat tajam,” jelas Tomy Huang dari Bintang Racing Team (BRT).

Klep yang sudutnya tajam, membuat aliran gas bakar tidak smooth. Atau alirannya bisa stag dan seperti tertahan. Berdasarkan pengukuran menggunakan flowbench, membuat cfm atau debit gas bakarnya berkurang.

Untuk mengatasi itu, sudutnya harus diatur ulang. Bisa menggunakan mesin bubut biasa. Dibikin landai agar aliran gas bakar lebih lancar.

Seperti terlihat pada gambar. Klep sebelah kiri sudut antara payung dengan batang klep begitu tajam. Kalau bisa, jangan memilih klep seperti ini.

Sedangkan klep sebelah kanan lebih oke. Sudut pertemuan antara batang klep dengan payung klep landai. Meski resiko klep jadi berat lantaran gendut, tapi permukaan bawah yang menghadap ruang bakar ditipisin.   (motorplus-online.com)

Wuih, Mesin Suzuki Nex Bakal Mudah Dioprek!


Diameter luar liner Suzuki Nex 57mm. Bore up aman pakai piston 54,5mm
Suzuki Nex diprediksi bakal jadi saingan berat Honda BeAT. Terutama di ajang balap kelas matik. Karena spek teknik dan handling antara BeAT dan Nex sangat mirip. Membuat ramai peta persaingan antar merek.

Mari tengok bore x stroke Nex yaitu 51,0 x 55,2mm. Sementara BeAT yaitu 50 x 55mm. Untuk turun di kelas MP7 atau matik 130cc tinggal menggunakan piston 54,5mm. Piston ini sudah diproduksi oleh PT Federal Izumi Manufacturing (FIM) khusus buat BeAT. Namun bisa juga dipakai untuk Nex.

Kalau Nex menggunakan piston 54,5mm, kapasitas silindernya jadi 128,7cc. Apalagi ukuran lubang pen piston antara BeAT dan Nex sama-sama 13mm. Bisa langsung klop.

Apalagi bahan boring Nex tidak menganut SCEM (Suzuki Composite Electro-chemical Material) yang dulu jadi andalan Suzuki namun tidak bisa oversize. Ini yang membuat Nex jadi lebih gampang kalau pakai piton besar.

Perbedaan meterial liner yang dipakai Nex dibanding generasi dulu, ada yang bilang itu kemunduran teknologi. Tapi, buat sebagian penyuka kecepatan atau tunner, blok konvensional bisa jadi pilihan mereka. Pasalnya terbukti bisa dibesarkan sesuai keinginan.

“Kalau mau menaikkan kapasitas silinder dengan cara oversize atau bore up, masih sangat mungkin. Ganti boring di blok pun tetap aman meksipun suhu mesin sedang panas tinggi. Sehingga gesakan piston dengan liner tidak timbulkan kendala,” terang Ricky Gunawan, salah satu mekanik tim Suzuki Chia Felix dari Komplek Ruko Aralia, Taman Harapan Indah, Bekasi.
.
 Pilihan piston bisa pakai piston racing Honda BeAT
Ricky coba kasih contoh kalau Nex ingin naik kapasitas dari 113cc jadi 115 cc. Kebetulan volume silinder tersebut masuk dalam regulasi balap matik kelas 115cc. Katanya bisa ganti pakai piston aftermarket merek FIM, NPR atau lainnya yang punya lingkar luar 51,5mm.

“Piston 51,5mm sudah banyak diproduksi dan dipasarkan. Piston tipe ini dipakai untuk skubek balap Honda BeAT juga. Bentuk kepala piston yang tinggi bisa diatur sesuai keperluan. Bahkan ukuran pen piston sama seperti punya Nex yang diameter 13 mm,” imbuh Ricky yang menghitung kapasitasnya jadi 114,9cc.

Bahkan jika ingin volumenya naik jadi 130cc pun masih mumpuni. Apalagi setelah ukur lingkar luar liner Nex berdiameter 57mm. Maka disumpal piston 54,5mm, kata Ricky dianggap masih aman jika dipakai buat balap atau harian. Sebab tebal liner masih tersisa 3mm, juga tidak harus repot lagi untuk membubut lubang crankcase.

 Bore up 130cc enggak perlu lagi bedah crankcase
Tapi, kalau kapasitas ingin di atas 130cc, menurut Ricky bisa pilih piston orisinal atau aftermarket buat motor Kawasaki Athlete 125 diameter 56mm. Atau bisa juga pakai piston Honda Sonic standar diameter 58mm. Kebetulan kedua piston yang disebutkan tadi sama-sama pakai pen piston 13 mm.

“Cuma ubahan macam ini bukan hanya ganti liner dan membesarkan lubang di blok, tapi lubang crankcase juga mesti digedein,” imbuh Ricky sambil mewanti agar kubah di ruang bakar disesuaikan.

Selain pilihan piston di atas, menggunakan piston merek lain yang ukurannya pas tapi beda diameter pen piston pun bisa saja. Yang diakali dengan membuat bushing di pen piston, seperti dilakukan banyak mekanik balap.   (motorplus-online.com)

Akibat Klep Bocor, Busi Cepat Mati

Salah satu unsur pemicu busi cepat mati adalah terjadi kebocoran di seputar bibir payung klep. Sehingga komposisi campuran bensin-udara di ruang bakar tak ideal, bahkan sebagian justru malah terbuang keluar.

Pada kondisi ini, akhirnya busi juga yang diserang. Sebab elektroda busi sulit memantik gas bakar. Jadinya busi basah melulu karena campuran bensin yang tidak terbakar itu.

Selain hilang tenaga, motor juga sulit hidup. Kalaupun hidup, karbu sulit diseting langsam lantaran ada gas bakar kembali tertekan ke arah moncong karbu diawal starter. Alhasil gas bakar mentah justru membasahi busi dan komponen sekitarnya.

Nah, untuk memaksimalkan kerja payung klep agar tidak bocor kompresi, komponen satu ini mesti disekir ulang. Atau istilahnya dibikin dudukan alur baru agar payung dan sitting klep enggak rembes waktu gas bakar dimampatkan.

Sekir ulang bisa dan baik dikerjakan sendiri pakai tangan. Supaya hasil kikisan pada payung klep dengan sitting klep alurnya jauh lebih rata. Buat sitting dan payung klep lama bisa langsung pakai pasta amril halus dan digosok selama 5 menit. Tapi, kalau keduanya baru, baiknya gunakan dulu amril kasar. (motorplus-online.com)

Commentnya Dunk Broo....